الأربعاء، 14 سبتمبر 2011

Terorisme



Seakan terus mengalir, persoalan tentang terorisme tak kunjung surut dari pengamatan publik, apalagi yang masih mengatas namakan jihad islamiyah sebagai latar belakang dari aksi bom-boman tersebut. Islam-lah yang pada akhirnya menjadi kambing hitam dan tertuduh sebagai yang bertanggung jawab atas setiap puing yang lantak dinegri ini. Hingga pada akhirnya tersematlah julukan "agama pedang" bagi islam.

Menyikapi kejadian di atas, Abuna KH Ihya' Ulumiddin berbicara panjang lebar mengupasnya. Melalui sebuah seminar bertajuk "Ahlusunnah menjawab Terorisme, Radikalisme dan Fundamentalisme", di Ponpes Mazro'atul Fata, Siman, Lamongan.

Dalam kesempatan itu Abi Ihya' menjelaskan, pada dasarnya kemunculan-kemunculan Islam radikal dan fundamental tersebut adalah berawal dari sebuah sistem dan pembelajaran yang secara tabanni (doktrin). Diakui atau tidak, seseorang yang berawal dari sistem doktrin, pada akhirnya akan mengalami kedangkalan tsaqofah (cara berfikir), sehingga wawasan dan pengetahuan tentang agamanya menjadi sempit dan kurang bisa memandang secara luas.

Abi mengutip dawuh Abuya As-Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki: "Sesungguhnya pencari ilmu, semakin luas cakrawala berfikirnya dan pengetahuan agamanya, maka ia akan semakin sedikit mengingkari maslah-masalah dan topik-topik aktual yang masih termasuk dalam wilayah perbedaan pendapat para ulama" (Al-Ghuluw: 46)

Begitupun mereka adalah kaum yang tergolong ekstrimis, namun di lain sisi mereka (radikalis, fundamentalis) adalah sepetik contoh dari umat yang terdapat nyala iman yang membara dalam dadanya. Mereka memiliki rasa cemburu yang besar terhadap agamanya, hingga merekapun tidak akan rela jika islam sampai dijatuhkan walau sedikit saja.

Lain dari itu, Abi Ihya' juga mengatakan; agama islam hakikatnya mengajarkan untuk berjalan di tengah-tengah di antara dua kutub; ifroth (ekstrim) dan tafrith (liberal). Dan sebagai mainstream (arus besar) dari keyakinan umat islam, Ahlusunnah Wal Jama'ah tentu menyandang karakter dan ciri khas islam tersebut, yakni tawasshut. Sebagaimana yang disebutkan dalam al-Quran yang artinya:
"Dan begitulah Kami (Allah) menjadikan kalian sebagai umat wasath، agar kalian menjadi saksi atas semua manusia dan Rosul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas kalian" QS. al-Baqoroh: 143

Ahlusunnah dengan faham tawassuth yang diusungnya, merupakan sebuah sistem filterisasi yang efektif dan akurat dalam menentukan arah yang benar ditengah peliknya persimpangan faham-faham yang mulai marak bermunculan. Dan inilah yang disebut sebagai Shirothol Mustaqim dalam surat al-An'am: 153.

Wallahu subhanahu wa ta'ala a'lam...

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق