الجمعة، 21 أكتوبر 2011

Haramkah Jatuh Cinta?

tidak satupun dari ulama' yang mengatakan bahwa jatuh cinta adalah dosa dan diharamkan. Karena ada satu ungkapan, "perkara apapun yang tidak bisa dihindari oleh seorang hamba, Allah Swt tidak akan memperhitungkannya". Hal itu berlandaskan dengan sebuah hadits yang artinya:
"Dimaafkan bagi umatku kesalahan tanpa sengaja, lupa dan segala hal yang terpaksa"

Cinta adalah diantara perkara yang idlthirori (terpaksa/tidak bisa dihindari). Jadi hukum asli jatuh cinta adalah mubah, bahkan dalam sebuah hadits --sekalipun masih diperselisihkan dikalangan ulama' hadits-- disebutkan, bila cinta membuat seseorang menderita, tapi dia memendamnya sekaligus bersabar, kemudian ia mati lantaran itu, dia masuk dalam kategori orang yang mati syahid.

Namun sekalipun hukum cinta adalah mubah, akan menjadi haram bila diarahkan kepada hal-hal yang dilarang oleh agama. Sebaliknya, cinta akan menjadi sunnah bila diarahkan kepada anjuran-anjuran agama. Jadi hukum bisa berubah tergantung bagaimana kita menyikapinya.


CINTA hanyalah kemasan, semua yang ada didalamnya hanyalah kepedihan dan penderitaan belaka. Mau atau tidak, kita harus merasakan-nya, karena itu adalah sunnatullah terhadap semua makhluk-Nya. Imam al-Bushiri bertutur dalam Burdanya:
والحب يعترض اللذات بالألم
" Dan CINTA dapat merubah hal2 yang nikmat menjadi penderitaan".

Selagi 'kemasan' tersebut masih ada digenggaman kita, terasa sulit sekali kita mengakui penderitaan-nya. Kita akan merasakan kepedihan dan mengakui penderitaan itu setelah Allah SWT mencabutnya (kemasan) dari kita.

Tapi kita jangan salah persepsi. Allah SWT menitipkan rasa CINTA dihati semua makhluk-Nya, tidak lepas dari hikmah ilahiyah yang begitu besar. Karena dengan CINTA-lah Allah SWT memakmurkan dunia ini dengan berbagai macam makluk hidup. Setiap individu yang hidup didunia ini, semenjak zaman Nabi Adam 'alaihissalam hingga zaman kita sekarang ini, semuanya bermula dan tidak lepas dari CINTA. Maha suci Dzat yang menciptakan CINTA.

Apakah kita memilih kepedihan yang berujung dg kenikmatan (surga)? Atau sebaliknya, kepedihan berujung dengan kepedihan (neraka)? Itu semua tergantung bagaimana kita mengarahkan CINTA tersebut.

(( Qo'ah, 04 03 1432 H ))

الخميس، 20 أكتوبر 2011

Hukum Menyambung Rambut

Haram menyambung rambut dengan rambut orang lain dan meminta disambungkan rambutnya dengan rambut orang lain, membuat tato dan minta dibuatkan tato, menghilangkan rambut pada wajah dan meminta dihilangkan rambut pada wajahnya, merenggangkan gigi dan mengubah ciptaan Allah • Hadis riwayat Asma binti Abu Bakar ra., ia berkata: Seorang wanita datang kepada Nabi saw. lalu berkata: Ya Rasulullah saw., aku mempunyai anak perempuan yang akan menjadi pengantin. Ia pernah terkena penyakit campak sehingga rambutnya rontok. Bolehkah aku menyambungnya (dengan rambut lain)? Rasulullah saw. bersabda: Allah mengutuk wanita yang menyambungkan rambut seorang wanita dengan rambut lain dan wanita yang disambungkan rambutnya. (Shahih Muslim No. 3961 ) • Hadis riwayat Aisyah ra.: Bahwa seorang budak perempuan Ansar kawin. Tetapi, karena sebelumnya menderita sakit, maka rambutnya rontok. Keluarganya ingin menyambung rambutnya. Lalu mereka bertanya kepada Rasulullah saw. tentang hal itu. Dan Rasulullah saw. mengutuk wanita yang menyambungkan rambut seorang wanita dengan rambut lain dan wanita yang minta disambungkan rambutnya. (Shahih Muslim No. 3963 ) • Hadis riwayat Ibnu Umar ra., ia berkata: Rasulullah saw. mengutuk wanita yang menyambungkan rambut seorang wanita dan wanita yang minta disambungkan rambutnya, orang yang membuatkan tato dan orang yang meminta dibuatkan tato. (Shahih Muslim No. 3965 ) • Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Allah mengutuk wanita-wanita pembuat tato dan wanita-wanita yang minta dibuatkan tato, wanita-wanita yang mencukur rambut wajah dan wanita-wanita yang minta dihilangkan rambut wajahnya serta wanita-wanita yang merenggangkan gigi demi kecantikan yang merubah ciptaan Allah. Perkataan Abdullah bin Masud itu sampai kepada seorang wanita dari Bani Asad bernama Ummu Yaqub yang sedang membaca Alquran. Lalu ia datang kepada Abdullah bin Masud dan berkata: Apakah benar berita yang sampai kepadaku, bahwa engkau mengutuk wanita-wanita pembuat tato, wanita-wanita yang minta dibuatkan tato, wanita-wanita yang minta dihilangkan rambut wajahnya dan wanita-wanita yang merenggangkan gigi demi kecantikan yang mengubah ciptaan Allah. Abdullah berkata: Bagaimana aku tidak mengutuk wanita-wanita yang telah dikutuk oleh Rasulullah saw? Sedangkan itu disebutkan dalam Kitab Allah. Wanita itu membantah: Aku sudah membaca semua isi Alquran, tetapi aku tidak mendapatkannya. Maka Abdullah bin Masud berkata: Jika engkau benar-benar membacanya, pasti engkau telah menemukannya. Allah Taala berfirman: Apa yang diberikan Rasul kepada kalian, maka ambilah dan apa yang ia larang atas kalian, maka tinggalkanlah. Wanita itu berkata: Aku melihat sesuatu (kejanggalan) pada istrimu dari yang engkau bicarakan ini. Abdullah bin Masud berkata: Pergilah dan lihat! Wanita itupun menemui istri Abdullah bin Masud. Ia tidak melihat suatu kejanggalan. Kemudian ia kembali kepadanya dan berkata: Aku tidak melihat suatu kejanggalan. Abdullah bin Masud berkata: Jika seandainya demikian (pada istriku terdapat sesuatu dari yang kubicarakan), tentu aku tidak akan menyetubuhinya. (Shahih Muslim No. 3966 )

الثلاثاء، 11 أكتوبر 2011

Hukum Semir


Bagaimana hukum semir merah, kuning,baik pada keseluruhan rambut kepala atau hanya sebagian saja?


Jawaban:

Hukum bersemir merah, kuning, baik pada keseluruhan rambut kepala atau hanya sebagian diperinci sebagai berikut:

A- Dalam kondisi rambut beruban dan pada saat model semir tersebut tidak menyerupai (tasyabbuh) pada kebiasaan (adat) orang-orang fasik, maka hukum bersemir merah dan kuning bagi laki-laki atau wanita yang belum bersuami terjadi khilaf (perbedaan ulama). Menurut Imam Al-Ghazali hukumnya haram Dan menurut Imam 'Izzuddin Ibnu 'Abdissalam tetap diperbolehkan.

B- Dalam kondisi rambut tidak beruban, maka diperbolehkan bagi wanita yang sudah bersuami atas seijin suaminya. Namun bagi wanita yang belum bersuami terjadi khilaf (perbedaan ulama). Menurut sebagian ulama haram karena tasyabbuh bil fussaq (menyerupai kebiasaan orang-orang fasik). Dan menurut pendapat yang lain diperbolehkan apabila ada tujuan yang dibenarkan syariat (gharad shahih).


R E F E R E N S I :

1. Madzahibu Al-Arbaah vol II hal 46-47

2. Fihusni As-Sair hal 11-12

3. Ittihaf As-Sadah vol VII hal 591-592

4. Al-Bahru Al-Muhith vol I hal 356

5. Fath Al-Bari vol X hal 354 6. Syarhu An-Nawawi vol VII hal 204

1. مذاهب الأربعة الجزء الثاني صحـ 46 – 47 حكم صباغة الشعر تفصيل المذاهب الشافعية- قالوا : يكرة صباغة اللحية والشعر بالسواد إلا الخضاب بالصفرة والحمرة فإنه جائز إذا كان لغرض شرعي كالظهور الشجاع أمام الأعداء في الغزو ونحوه. فإذا كان لغرض فاسد كالتشبه بأهل الدين فهو مذموم, وكذلك يكره صبغها بالبياض كي يظهر بمظهر الشيب ليتوصل بذلك إلى الأغراض المذمومة كتوقيره والإحتفاء به وقبول شهادته وغير ذلك وكما يكره تبييض اللحية بالصبغ فإنه يكره نتف شيبها.

2. حسن السير فى بيان أحكام أنوع التشبه صحـ 11-12 ما نصه فإن قلت فقد صرح هذا الخضاب شعارا الأعاجم وقد نهينا عن التشبه بهم لأن من تشبه بقوم فهو منهم فما تصنع فى هذا التعارض قلت أما حجة الإسلام الغزالى رضى الله عنه فإنه قال فى كتاب السماع من إحيائه مهما صارت السنة شعارا لأهل البدعة قلنا لتركها خوفا من التشبه بهم وأما سلطان العلماء العزالدين عبد السلام فإنه أشار إلى رده فى فتاوه إذا قال المراد بالأعاجم الذين نهينا عن التشبه بهم أتباع الأكثرة فى ذالك الزمان ويختص النهى بما يفعلون على خلاف مقتضى شرعنا فأما ما فعلوه على وفق الإيجاب أو الندب أو الإباحة في شرعنا فلا يترك لأجل تعاطيهم إياه فإن الشرع لا ينهى عن التشبه بما أذن الله فيه.

3. إتحاف السادة المتقين الجزء السابع صحـ 591 – 592 ( دار الكتب العلمية ) (العلة الثالثة الاجتماع عليها لما أن صار من عادة أهل الفسق ) والفجور ( فيمنع من التشبه بهم لان من تشبه بقوم فهو منهم) الى أن قال (وبهذه العلة نقول بترك السنة مهما صارت شعارا لأهل البدعة خوفا من التشبه بهم ) وقد نقل الرافعي عن بعض أئمة الشافعية أنه كان يقول الأولى ترك رفع اليدين في الصلاة في ديارنا يعني ديار العجم قال لأنه صار شعارا للرافضة وله أمثلة كثيرة لكن قد يقال ليس كل شيء يفعله الفساق يحرم فعله على غيرهم ولو كان هذا معتبرا لكان الضرب بالدفوف والشبابة حراما الى أن قال.فلما لم يحرم شيء من ذلك علمنا أن هذه العلة عير معتبرة فتأمل .

4. البحر المحيط الجزء الأول صحـ 356 مسألة (لا يترك المندوب إذا صار شعارا للمبتدعة) ولا يترك لكونه صار شعارا للمبتدعة خلافا لابن أبي هريرة ولهذا ترك الترجيع في الأذان والجهر بالبسملة والقنوت في الصبح والتختم في اليمين وتسطيح القبور محتجا (بأنه صلى الله عليه وسلم ترك القيام للجنازة لما أخبر أن اليهود تفعله) وأجيب بأن له ذلك لأنه مشرع بخلاف غيره لا يترك سنة صحت عنه وفصل الغزالي بين السنن المستقلة وبين الهيئات التابعة فقال لا يترك القنوت إذا صار شعارا للمبتدعة بخلاف التسطيح والتختم في اليمين ونحوهما فإنها هيئات تابعة فحصل ثلاثة أوجه والصحيح المنع مطلقا .

5. فتح الباري شرح صحيح البخاري الجزء العاشر صحـ 354 والثغامه بضم المثلثة وتخفيف المعجمة نبات شديد البياض زهره وثمره قال: فمن كان في مثل حال أبي قحافة استحب له الخضاب لانه لا يحصل به الغرور لاحد ومن كان بخلافه فلا يستحب في حقّه,ولكن الخضاب مطلقا اولي لانه فيها امتثال الامر في مخالفة اهل الكتاب .

6. شرح النووي على مسلم الجزء السابع صحـ 204 ومذهبنا استحباب خضاب الشيب للرجل والمرأة بصفرة أو حمرة ويحرم خضابه بالسواد على الأصح وقيل : يكره كراهة تنزيه والمختار التحريم لقوله صلى الله عليه وسلم : ( واجتنبوا السواد ) هذا مذهبنا .

7. حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء الثاني صحـ 480 وأما الخضاب وصبغ نحو الشعر والنقش وتطريف نحو الأصابع وتحمير الوجه وتجعيد الشعر فحرام بالنجس مطلقا وكذا بالسواد إلا لحية الرجل المحارب لإرهاب العدو وكذا بغير السواد إن منع منه حليل ، وإلا فيجوز لكن مع الكراهة في الخلية ،

8. حاشية الجمل الجزء الثاني صحـ 102 وفي فتاوى السيوطي في باب اللباس خضاب الشعر من الرأس واللحية بالحناء جائز للرجل بل سنة صرح به النووي في شرح المهذب نقلا عن اتفاق أصحابنا قال السيوطي وأما خضاب اليدين والرجلين بالحناء فمستحب للمرأة المتزوجة وحرام على الرجل ا هـ

9. إتحاف السادة المتقين الجزء الثاني صحـ 672 (الثانى الخضاب بالصفرة والحمرة وهو جائز ) إذا قرنته نية صالحة وهو أن يكون تلبيسا للشيب على الكفار فى الغزو عليهم والجهاد فيهم فإن لم يكن على هذه النية بل للتشبه بأهل الدين والصالحين وليس منهم فهو مذموم ولا يخفى أن مذهب المصنف أن الخضاب بغير السواد سنة سواء كان بحمرة أو صفرة وهذا لايحتاج فيه إلى نية الجهاد بل حاجة الجهاد تبيح السواد فضلا عن غيره كما تقدم فتأمل وقد قال رسول الله"الصفرة خضاب المسلمين والخمرة خضاب المؤمنين"– إلى أن قال – وفى الصحيحين من حيث ابن عمر أنه ويدل له ما رواه أبو داود في سننه مر رجل على النبي صلى الله عليه وسلم قد خضب بالحناء والكتم فقال هذا حسن فمر أخر خضب بالصفرة فقال هذا أحسن من هذا كله وما قال عياض من منع الخضاب مطلقا وعزاه لمالك والأكثرين لما روى من النهى عن تغيير الشيب ولأنه صلى الله عليه وسلم لم يغير شيبه وقد أجاب عنه النواوى بأنه ما مر من حديث ابن عمر وغيره لايمكن ولا تعليله قال والمختار أنه صلى الله عليه وسلم صبغ فى وقت وترك فى معظم الأوقات فأخبر كل بما رأى وهو صادق وهذا التأويل كالمتعين به بين الأحاديث.

10. عون المعبود الجزء الحادى عشرة صحـ 249 باب في الخضاب أي تغيير شيب الرأس واللحية يبلغ به أي يرفع الحديث إلى النبي صلى الله عليه وسلم إن اليهود والنصارى لا يصبغون أي لا يخضبون لحاهم وجاء صبغ من باب منع وضرب ونصر كما في القاموس فخالفوهم أي فأخضبوا لحاكم والحديث يدل على أن العلة في شرعية الخضاب هي مخالفة أهل الكتاب وبهذا يتأكد استحباب الخضاب وقد كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يبالغ في مخالفتهم ويأمر بها وهذه السنة قد كثر إشغال السلف بها ولهذا ترى المؤرخين في التراجم لهم يقولون وكان يخضب ولا تخضب قال النووي مذهبنا استحباب خضاب الشيب للرجل والمرأة بصفرة أو حمرة ويحرم بالسواد على الأصح انتهى

11. إعانة الطالبين الجزء الثاني صحـ 339 ) (وقوله بحمرة أو صفرة ) أي لا بسواد أما به فيحرم إن كان لغير إرهاب العدو في الجهاد وذلك لخبر أبي دواد والنسائي وابن حبان في صحيحه والحاكم عن ابن عباس رضي الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم يكون قوم يخضبون في آخر الزمان بالسواد كحواصل الحمام لا يريحون رائحة الجنة قال في الزبد : وحرموا خضاب شعر بسواد ** لرجل وامرأة لا للجهاد ** قال الرملي في شرحه نعم يجوز للمرأة ذلك بإذن زوجها أو سيدها لأن له غرضا في تزينها به اهـ

الأحد، 9 أكتوبر 2011

Hukum Rebonding




Kerangka Analisis Masalah Naluri alami dalam diri setiap manusia, untuk selalu terlihat menarik di hadapan orang lain. Mungkin inilah latar belakang berkembangnya berbagai macam bentuk perawatan kecantikan kulit dan rambut. Salah satu yang sedang marak adalah trend gaya rambut. Mulai rambut punk, rasta (gimbal), semir merah, kuning, dan rebounding, mulai disukai kaum remaja. Ada yang sekedar ingin tampil gaul n funky, ada yang bertujuan menjaga penampilan, dan bahkan ada yang merebonding dengan maksud agar rambut lurus dan mudah untuk menggunakan jilbab, dll. Informasi ; Rebonding adalah salah satu cara meluruskan rambut melalui proses kimiawi agar rambut jatuh lebih lurus dan lebih indah. Dalam sebagian praktek, helai rambut yang terkena perlakuan rebonding akan terlihat lurus secara permanen, dan tidak bisa pulih seperti sedia kala. Karena sebenarnya bagian rambut tersebut telah rusak. Rambut yang pulih seperti aslinya adalah rambut baru yang muncul menggantikan yang telah rusak. Metode rebonding cenderung variatif. Ada yang dengan mengubah struktur ikatan protein rambut melalui memutuskan ikatan asam amino cystine yang menyebabkan rambut bergelombang atau mengurangi ikal dan volume saja. Daya tahannyapun bervariasi mulai 2 minggu hingga 10 bulan. Pertanyaan a. Bagaimana hukum melakukan rebonding, pengeritingan rambut, punk, dan rasta bagi kaum wanita? Jawaban Hukum merebonding dan pengeritingan rambut hukumnya haram kecuali bagi wanita yang sudah bersuami dengan syarat ada idzn az-zauj (seizin suami). Sedangkan memodifikasi rambut dengan model punk atau rasta hukumnya haram karena terdapat unsur tasyabbuh bil fussaq (menyerupai orang-orang fasik) R E F E R E N S I 7. Raudlah Al-Thalibin vol. I hal. 102 8. Tuhfah Al-Muhtâj vol. VI hal. 351 9. Bughyah Al-Mustarsyidîn hal. 283 10. Faidlu Al-Qadir vol VI hal 135 11 . Fath Al-Bari vol V hal 182 12. Raudlat At-Thalibin vol. I hal. 364 13. Syarhu An-Nawawi vol VII hal 234 1. روضة الطالبين وعمدة المفتين الجزء الاول صحـ 102 فرع وصل المرأة شعرها بشعر نجس أو بشعر آدمي حرام قطعا لأنه الانتفاع بشيء منه لكرامته بل يدفن شعره وغيره وسواء في هذين المزوجة وغيرها وأما الشعر الطاهر لغير الآدمي فإن لم تكن ذات زوج ولا سيد حرم الوصل به على الصحيح وعلى الثاني يكره وإن كانت ذات زوج أو سيد فثلاثة أوجه أصحها إن وصلت بإذنه جاز وإلا حرم والثاني يحرم مطلقا والثالث لا يحرم ولا يكره مطلقا وأما تحمير الوجنة فإن كانت خلية من الزوج أو السيد أو كان أحدهما وفعلته بغير إذنه فهو حرام وإن كان بإذنه فجائز على المذهب وقيل وجهان كالوصل وأما الخضاب بالسواد وتطريف الأصابع فألحقوه بالتحمير قال إمام الحرمين ويقرب منه تجعيد الشعر 2. تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء السادس صحـ 315 (فروع) ويحرم على المرأة وصل شعرها بشعر طاهر من غير آدمي ولم يأذنها فيه زوج أو سيد ويجوز ربط الشعر بخيوط الحرير الملونة ونحوها مما لا يشبه الشعر ويحرم أيضا تجعيد شعرها ووشر أسنانها وهو تحديدها وترقيقها والخضاب بالسواد وتحمير الوجنة بالحناء ونحوه وتطريف الأصابع مع السواد والتنميص وهو الأخذ من شعر الوجه والحاجب المحسن فإن أذن لها زوجها أو سيدها في ذلك جاز لأن له غرضا في تزينها له كما في الروضة وهو الأوجه وإن جرى في التحقيق على خلاف ذلك في الوصل والوشر فألحقهما بالوشم في المنع مطلقا -الى ان قال- هل يكره في غير المزوجة أو يحرم فيه نظر وقضية قول الشارح م ر فإن أذن لها زوجها أو سيدها في ذلك جاز الثاني ويؤيده أنها تجر به الريبة على نفسها 3. بغية المسترشدين صحـ 283 (مسئلة ى) ضابط التشبه المحرم من تشبه الرجال بالنساء وعكسه ما ذكروه في الفتح والتحفة والامداد وشن الغارة وتبعه الرملي في النهاية هو ان يتزيا احدهما مما يختص بالاخر او يغلب اختصاصه به في ذلك المحل الذي هما فيه 4. فيض القدير الجزء السادس صحـ 135 (من تشبه بقوم) أي تزيا في ظاهره بزيهم وفي تعرفه بفعلهم وفي تخلقه بخلقهم وسار بسيرتهم وهديهم في ملبسهم وبعض أفعالهم أي وكان التشبه بحق قد طابق فيه الظاهر الباطن (فهو منهم) وقيل المعنى من تشبه بالصالحين وهو من أتباعهم يكرم كما يكرمون ومن تشبه بالفساق يهان ويخذل كهم ، ومن وضع عليه علامة الشرف أكرم وإن لم يتحقق شرفه وفيه أن من تشبه من الجن بالحيات وظهر يصورتهم قتل وأنه لا يجوز الآن لبس عمامة زرقاء أو صفراء كذا ذكره ابن رسلان ، وبأبلغ من ذلك صرح القرطبي فقال : لو خص أهل الفسوق والمجون بلباس منع لبسه لغيرهم فقد يظن به من لا يعرفه أنه منهم فيظن به ظن السوء فيأثم الظان والمظنون فيه بسبب العون عليه ، وقال بعضهم : قد يقع التشبه في أمور قلبية من الاعتقادات وإرادات وأمور خارجية من أقوال وأفعال قد تكون عبادات وقد تكون عادات في نحو طعام ولباس ومسكن ونكاح واجتماع وافتراق وسفر وإقامة وركوب وغيرها وبين الظاهر والباطن ارتباط ومناسبة. 5. فتح الباري لابن حجر الجزء الخامس صحـ 182 قوله : (باب من أهل ملبدا) أي أحرم وقد لبد شعر رأسه ، أي جعل فيه شيئا نحو الصمغ ليجتمع شعره لئلا يتشعث في الإحرام أو يقع فيه القمل . 6. روضة الطالبين وعمدة المفتين الجزء الاول صحـ 364 واعلم أن الإمام الرافعي رحمه الله ترك مسائل مهمة تتعلق بالباب إحداها يكره القزع وهو حلق بعض الرأس سواء كان متفرقا أو من موضع واحد لحديث الصحيحين بالنهي عنه وقد اختلف في حقيقة القزع والصحيح ما ذكرته وأما حلق جميع الرأس فلا بأس به لمن لا يخف عليه تعاهده ولا بأس بتركه لمن خف عليه. 7. شرح النووي على مسلم الجزء السابع صحـ 234 قوله ( أخبرني عمر بن نافع عن أبيه عن ابن عمر أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن القزع قلت لنافع : وما القزع قال يحلق بعض رأس الصبي ويترك بعض وفي رواية أن هذا التفسير من كلام عبيد الله القزع بفتح القاف والزاي وهذا الذي فسره به نافع أو عبيد الله هو الأصح وهو أن القزع حلق بعض الرأس مطلقا ومنهم من قال هو حلق مواضع متفرقة منه والصحيح الأول لأنه تفسير الراوي وهو غير مخالف للظاهر فوجب العمل به وأجمع العلماء على كراهة القزع إذا كان في مواضع متفرقة إلا أن يكون لمداواة ونحوها وهي كراهة تنزيه ، وكرهه مالك في الجارية والغلام مطلقا ، وقال بعض أصحابه لا بأس به في القصة والقفا للغلام ومذهبنا كراهته مطلقا للرجل والمرأة لعموم الحديث . قال العلماء والحكمة في كراهته أنه تشويه للخلق وقيل لأنه أذى الشر والشطارة وقيل لأنه زي اليهود وقد جاء هذا في رواية لأبي داود

Faidah dari Mak Bonky Lukman