الخميس، 22 سبتمبر 2011

:: Maatal aabaau bil-laaqiiqii ::

Suatu ketika ada seseorang bertanya kepada Sayyid Alawi al-Maliki "wahai Sayyid, saya menemukan sebuah kata "al-laaqiiqii" dalam al-Qur'an, apakah maknanya?".
"apa bunyi ayat selengkapnya?" respon Sayyid Alawi dengan penuh rasa penasaran.
"maatal aabaau bil-laaqiiqii" jawab orang tersebut.
"kamu yakin?? setahu saya, tidak ada ayat seperti itu dalam al-Qur'an.." sayyid Alawi balik tanya dengan nada keheranan.
"iya, aku yakin" ungkap orang itu penuh percaya diri. "kalau bukan ayat al-Qur'an, mengapa setelahnya tertulis kalimat Shodaqollaahul 'adziim?" ia mengukuhkan ucapannya.
"kalau begitu, bisakah kamu menunjukkan ayat itu kepadaku?" pinta sayyid Alawi penuh harap.

Keesokan harinya si fulan tersebut membawa sebuah lafadz ayat suci al-Qur'an dengan model khat tsuluts yang dipadati dengan fariasi. Mungkin kurang lebihnya seperti gambar diatas.

Setelah bertemu kembali dengan Sayyid Alawi, "Sayyid, ini yang saya maksud.."
ia menyodorkan lafadz tersebut tanpa basa basi. Sembari tersenyum, Sayyid Alawi membaca ayat tersebut "astaghfirullah.. Ini bukannya maatal aabaau bil-laaqiiqii tapi wamaa taufiiqii illaa billaah" papar beliau dengan sedikit tawa.

Pasti kita semua tau kalau ayat diatas adalah "wamaa taufiiqii illaa billaah". Entah dari sisi mana si fulan tersebut membacanya? Kok bisa menjadi "maatal aabaau bil-laaqiiqii" ? Berarti jelas bahwa itu adalah salah. Begitulah permasalah akidah, sifatnya qoth'i (pasti), tidak ada peluang untuk berijtihad. Siapapun menyimpang dari hal yang qoth'i berarti ia salah. Wallahu a'lam...

Allahummansyulna min auhaalittauhiiid......

(( Ghurfati jannati, 14-10-1432 H ))

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق