الثلاثاء، 28 أغسطس 2012

Ied Sa'id 1433 H

٠•˙۩˙كل عام و أنتم بخير و صائمون .. ٠•˙۩˙
٠•˙۩˙و على طاعة الرحمن مداومون ..٠•˙۩˙
٠•˙۩˙و لليالـــــــــى رمضـــان قائمون ..٠•˙۩˙
٠•˙۩˙و علـــــى كل الخير مجتمعـــون..٠•˙۩˙
٠•˙۩˙كل عام و أنتم جميعا طيبون ..٠•˙۩˙

:: Qawagis Dan Nawaning ::

'Gus' adalah panggilan akrab untuk putra seorang kyai, dan 'ning' panggilan buat putrinya. Kata jamaknya adalah 'gawagis' dan 'nawaning'. Panggilan diatas berlaku di kalangan pesantren di daerah jawa, hususnya jawa timur dan jawa tengah.

Karena para gawagis dan nawaning adalah putra seorang yang shaleh dan ditokohkan oleh masyarakat, secara otomatis mereka layak mendapat penghargaan tersendiri dari Allah Swt dan penghormatan dari semua orang. Ketika Allah Swt mengutus Nabi Musa dan Nabi Khadlir 'alaihimassalam untuk menegakkan dinding rumah dua anak yatim yang hampir roboh, hal itu dikarenakan keduanya adalah putra orang shaleh, sebagaimana firman Allah:
وكان أبوهما صالحا
"sedangkan ayahnya adalah orang yang shaleh" (Al kahfi: 82)

Karena itu, rasa hormat dan ta'dzim tersebut hendaknya kita tanamkan di hati kita, kemudian kita rawat dan kita pupuk dengan penuh rasa tulus dan kasih sayang, terlebih keturunan baginda Rosulullah para habaib dan syarifah.

Bila kita melihat perbuatan maupun perkataan mereka yang menyimpang dari rambu-rambu syari'at, wajib bagi kita untuk meluruskannya dengan cara hikmah, mau'idzoh hasanah atau mujadalah (bantahan) yang baik layaknya semua orang sebagai pencerminan rasa cinta kita kepada mereka.

Perlu diketahui, sebutan 'gus' tidak akan bernilai disisi Allah tanpa diimbangi dengan ketakwaan, dan bukanlah sebuah kebanggaan tanpa dibarengi ilmu dan amal. Panggilan 'ning' bukanlah sebuah dalih untuk bermalas-malasan, dan bukanlah peluang untuk mencari penghormatan dan keuntungan. Predikat 'gus' dan 'ning' pula bukanlah mata uang yang bisa digunakan untuk membeli surga dan menebus dosa tanpa adanya amal sholeh dan taubat nasuha. Baginda Rosulullah pernah bersabda:
من أبطأ به عمله لم يسرع به نسبه
"Barang siapa yang amalnya lambat, nasabnya tidak dapat membuatnya cepat" (HR. Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud dan Ibn Majah)
Maksudnya, nasab tidak bisa dijadikan andalan untuk meraih kesuksesan, meraih ilmu, meraih surga, bahkan meraih keridloan Allah Ta'ala tanpa adanya amal dan jerih payah.

Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan tanpa memandang status dan predikat, tanpa melihat siapa ayah dan kakek.
المجد بالجد لا بالجد والخال # والفخر بالعلم لا بالجاه والمال
"Kemuliaan bisa diraih dengan jerih payah, bukan lantaran ayah, kakek dan paman. Kedudukan yang tinggi bisa diperoleh dengan ilmu, bukan dengan harta dan tahta.

فاستبقوا الخيرات
"Dan berlomba-lombalah kalian dalam berbuat kebaikan" (Al baqarah: 148)

و سارعوا إلى مغفرة من ربكم وجنة عرضها السموات والأرض أعدت للمتقين
"Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disiapkan untuk orang-orang yang bertakwa" (Ali 'Imran: 133)

(( Villa, nishfu sya'ban 1433 H ))